Catatan Syarah Tsalatsatul Ushul al-Utsaimin: Makna Basmalah
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah memulai kitab Tsalatsatul Ushul dengan lafadh basmalah.
Mengikuti Al-Qur’an dan Meneladani Rasul
Penulis memulai kitab dengan lafadh basmalah dengan beberapa alasan:
- Mengikuti Kitabullah Al-Quran yang diawali dengan lafadh basmalah.
- Merealisasikan hadis Nabi tentang lafadh basmalah.
- Meneladani Nabi yang menulis surat-suratnya dengan diawali lafadh basmalah.
كُلُّ أَمْرٍ ذِيْ بَالٍ لاَ يُبْدَأُ فِيْهِ بِـ (بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ) فَهُوَ أَبْتَرُ
Setiap perkara penting yang tidak dimulai dengan Bismillah maka ia terputus (dari berkah dan kebaikan).
Makna Basmalah
Lafadh basmalah adalah jar majrur. Jar majrur tersebut berkaitan dengan suatu perbuatan yang diakhirkan (fi’il muakhkhar) dan tidak dimunculkan dalam lafadh (mahdzuf).
Perbuatan yang dimaksud adalah menulis atau menyusun kitab Tsalatsatul Ushul.
Maka makna basmalah yang dimaksud penulis adalah “Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang aku menulis atau aku menyusun kitab ini”.
Kenapa pekerjaan diakhirkan? Ada dua alasan:
- Untuk tabarruk. Yaitu mengharap berkah Allah ﷻ dengan mendahulukan nama Allah ﷻ.
- Untuk membatasi makna, sehingga dapat dipahami maknanya “Aku tidak menulis kitab ini dengan menyebut nama siapapun untuk mengaharap berkah dengannya selain dengan nama Allah ﷻ”.
Makna Lafdzul Jalalah (الله)
الله (Allah) adalah nama bagi Sang Pencipta yang semua nama mengikutinya atau bersandar kepadanya. Seperti dalam firman-Nya ﷻ:
كِتَابٌ أَنزَلْنَاهُ إِلَيْكَ لِتُخْرِجَ النَّاسَ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ بِإِذْنِ رَبِّهِمْ إِلَىٰ صِرَاطِ الْعَزِيزِ الْحَمِيدِ (1) اللَّهِ الَّذِي لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ ۗ
(Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji. Allah-lah yang memiliki segala apa yang di langit dan di bumi. (QS. Ibrahim: 1-2)
Lafdzul Jalalah pada ayat tersebut bukanlah sifat (na’at), ia tidak mengkuti atau bersandar pada lafadh sebelumnya. Melainkan dia adalah athaf bayan, yang dihubungkan dengan lafadh sebelumnya tanpa huruf penghubung, untuk menjelaskan kesamaran lafadh sebelumnya.
Makna Ar-Rahman (الرحمن)
Ar-Rahman adalah salah satu nama Allah ﷻ, tidak boleh disandarkan kepada selain Allah. Maknanya adalah dzat yang memiliki sifat pengasih yang luas.
Makna Ar-Rahim (الرحيم)
Ar-Rahim adalah salah satu nama Allah ﷻ, boleh disandarkan kepada selain Allah. Maknanya adalah dzat yang memiliki rahmat yang bersambung (rahmat washilah).
Ketika Ar-Rahman dan Ar-Rahim digabungkan, maka maksud Ar-Rahim adalah yang dzat menyambungkan rahmat-Nya kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya dari hamba-hamba-Nya. Seperti dalam firman-Nya ﷻ:
يُعَذِّبُ مَن يَشَآءُ وَيَرْحَمُ مَن يَشَآءُ ۖ وَإِلَيْهِ تُقْلَبُونَ
Allah mengazab siapa yang dikehendaki-Nya, dan memberi rahmat kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan hanya kepada-Nya-lah kamu akan dikembalikan. (QS. Al-Ankabut: 21)