Catatan Syarah Tsalatsatul Ushul al-Utsaimin: Pengertian Al-Hanifiyyah
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
Al-Hanifiyyah adalah agama yang tidak cenderung kepada kesyirikan dan dibangun berdasarkan keikhlasan kepada Allah ﷻ.
Al-Hanifiyyah adalah agama Nabi Ibrahim alaihissalam, Khalilurrahman, bapaknya para Nabi, manhajnya telah banyak diulang-ulang disebutkan di dalam Al-Quran untuk dijadikan teladan.
Al-Hanifiyyah adalah beribadah kepada Allah ﷻ semata dengan menghikhlaskan agama hanya untuk-Nya.
Makna Ibadah Secara Umum
Makna Ibadah secara umum adalah berserah diri kepada Allah ﷻ dengan kecintaan dan pengagungan dengan menjalankan perintah-perintahnya dan menjauhi larangan-larangannya yang telah ditetapkan di dalam syariat.
Makna Ibadah Secara Khusus
Dijelaskan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah:
Ibadah adalah sebutan untuk segenap perbuatan yang Allah ﷻ cintai dan ridai, dari ucapan-ucapan dan perbuatan-perbuatan yang nampak atau yang tidak nampak, seperti rasa takut, rasa cemas, tawakkal, solat, zakat, puasa dan yang selain itu dari syariat Islam.
Makna Ikhlas dalam Beragama
Ikhlas adalah penyucian, yaitu seorang hamba memaksudkan ibadahnya hanya karena Allah ﷻ dan surganya, dengan itu ia tidak menyembah kepada selain Allah ﷻ.
ثُمَّ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ أَنِ اتَّبِعْ مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا ۖ وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ
Kemudian Kami wahyukan kepadamu (Muhammad): “Ikutilah agama Ibrahim seorang yang hanif” dan bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan. (QS. An-Nahl: 123)
وَمَن يَرْغَبُ عَن مِّلَّةِ إِبْرَاهِيمَ إِلَّا مَن سَفِهَ نَفْسَهُ ۚ وَلَقَدِ اصْطَفَيْنَاهُ فِي الدُّنْيَا ۖ وَإِنَّهُ فِي الْآخِرَةِ لَمِنَ الصَّالِحِينَ (130) إِذْ قَالَ لَهُ رَبُّهُ أَسْلِمْ ۖ قَالَ أَسْلَمْتُ لِرَبِّ الْعَالَمِينَ (131) وَوَصَّىٰ بِهَا إِبْرَاهِيمُ بَنِيهِ وَيَعْقُوبُ يَا بَنِيَّ إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَىٰ لَكُمُ الدِّينَ فَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ (132) أَمْ كُنتُمْ شُهَدَاءَ إِذْ حَضَرَ يَعْقُوبَ الْمَوْتُ إِذْ قَالَ لِبَنِيهِ مَا تَعْبُدُونَ مِن بَعْدِي قَالُوا نَعْبُدُ إِلَٰهَكَ وَإِلَٰهَ آبَائِكَ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ إِلَٰهًا وَاحِدًا وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ (133)
Dan tidak ada yang benci kepada agama Ibrahim, melainkan orang yang memperbodoh dirinya sendiri, dan sungguh Kami telah memilihnya di dunia dan sesungguhnya dia di akhirat benar-benar termasuk orang-orang yang saleh. Ketika Tuhannya berfirman kepadanya: “Tunduk patuhlah!” Ibrahim menjawab: “Aku tunduk patuh kepada Tuhan semesta alam”. Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya’qub. (Ibrahim berkata): “Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam”. Adakah kamu hadir ketika Ya’qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: “Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” Mereka menjawab: “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya”. (QS. Al-Baqarah: 130-133)