Catatan Tsalatsatul Ushul: Mukadimah Ketiga
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
Tsalatsatul Ushul karya Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab At-Tamimi.
Mukadimah Ketiga
Millah (agama) Nabi Ibrahim ‘alaihissalam adalah Al-Hanifiyah (اَلْحَنِيفِيَّةُ), yaitu agama yang lurus, hanya condong kepada tauhid dan jauh dari kesyirikan.
Mengikuti Agama Nabi Ibrahim
Allah memerintahkan Nabi Muhammad ﷺ untuk mengikuti ajaran Nabi Ibrahim ‘alaihissalam.
ثُمَّ اَوْحَيْنَآ اِلَيْكَ اَنِ اتَّبِعْ مِلَّةَ اِبْرٰهِيْمَ حَنِيْفًا ۗوَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ
Kemudian Kami wahyukan kepadamu (Muhammad), “Ikutilah agama Ibrahim yang lurus, dan dia bukanlah termasuk orang musyrik.” (QS. An-Nahl: 123)
Allah juga memerintahkan kita untuk mengikuti ajaran Nabi Ibrahim ‘alaihissalam.
قُلْ صَدَقَ اللّٰهُ ۗ فَاتَّبِعُوْا مِلَّةَ اِبْرٰهِيْمَ حَنِيْفًاۗ وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ
Katakanlah (Muhammad), “Benarlah (segala yang difirmankan) Allah.” Maka ikutilah agama Ibrahim yang lurus, dan dia tidaklah termasuk orang musyrik. (QS. Ali ‘Imran: 95)
Orang-orang Yahudi, Nasrani, dan musyrikin Arab mengklaim sebagai pengikut Nabi Ibrahim ‘alaihissalam, tapi Nabi Ibrahim bukanlah seorang yang musyrik, bukan pula seorang Yahudi atau Nasrani, melainkan seorang muslim yang bertahuid.
مَاكَانَ اِبْرٰهِيْمُ يَهُوْدِيًّا وَّلَا نَصْرَانِيًّا وَّلٰكِنْ كَانَ حَنِيْفًا مُّسْلِمًاۗ وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ
Ibrahim bukanlah seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, tetapi dia adalah seorang yang lurus, Muslim dan dia tidaklah termasuk orang-orang musyrik. (QS. Ali ‘Imran: 67)
Hakikat Agama Nabi Ibrahim
Hakikat dari agama Nabi Ibrahim ‘alaihissalam adalah menyembah Allah ﷻ dengan mentauhidkan-Nya, tidak beribadah kepada selain Allah ﷻ. Itulah yang Allah ﷻ perintahkan kepada seluruh manusia dan jin.
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ
Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku. (QS. Adz-Dzariyat: 56)
Makna (يَعْبُدُوْنِ) menyembah Allah ﷻ adalah (يُوَحِّدُوْنِ) mentauhidkan Allah ﷻ.
Perintah dan Larang Allah yang Paling Besar
Perintah Allah ﷻ yang paling besar adalah tauhid, yaitu mengesakan Allah ﷻ dalam beribadah, yang disebut dengan tauhid uluhiyyah.
Seluruh Nabi yang diutus menyeru kepada tauhid.
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِيْ كُلِّ اُمَّةٍ رَّسُوْلًا اَنِ اعْبُدُوا اللّٰهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوْتَۚ
Dan sungguh, Kami telah mengutus seorang rasul untuk setiap umat (untuk menyerukan), “Sembahlah Allah, dan jauhilah tagut” (QS. An-Nahl: 36)
Larangan Allah ﷻ yang paling besar adalah syirik, yaitu menyeru kepada selain Allah di samping kepada Allah ﷻ. Syirik disebut juga lawan dari tauhid karena orang yang syirik beribadah kepada Allah ﷻ dan juga beribadah kepada selain Allah, artinya dia tidak mengesakan Allah ﷻ dalam beribadah.
Dalil kedua hal tersebut adalah Firman Allah ﷻ:
وَاعْبُدُوا اللّٰهَ وَلَا تُشْرِكُوْا بِهٖ شَيْـًٔا
Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun (QS. An-Nisa: 36)
Larangan tentang kesyirikan di ayat tersebut bersifat umum, yaitu:
- Jangan menyekutukan Allah ﷻ dengan apa pun (Nabi, malaikat, pohon, dll).
- Jangan menyekutukan Allah ﷻ dalam bentuk apa pun (syirik besar maupun syirik kecil).