Ibrahim Al Anshor

Website Developer

Catatan Tsalatsatul Ushul: Mukadimah Pertama

August 26, 2025

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Tsalatsatul Ushul karya Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab At-Tamimi.

Mukadimah Pertama

Setiap manusia wajib memelajari empat masalah:

  1. Ilmu, yaitu mengenal Allah, mengenal Nabi-Nya, dan mengenal Agama Islam dengan dalil-dalil.
  2. Beramal dengan ilmu.
  3. Berdakwah kepada ilmu.
  4. Bersabar dalam gangguan-gangguan di dalam berdakwah.

Masalah Pertama: Ilmu

Tiga ilmu yang wajib dipelajari setiap manusia adalah:

  1. Mengenal Allah ﷻ dengan hati yang menuntut untuk menerima apa yang telah Allah syariatkan, tunduk serta taat kepadanya.
  2. Mengenal Nabi-Nya, yaitu Nabi Muhammad ﷺ dengan menerima apa yang Nabi bawa berupa petunjuk dan agama yang benar, membenarkannya apa yang Nabi kabarkan, dan melaksanakan apa yang Nabi perintahkan.
  3. Mengenal Islam, Islam secara umum maknanya adalah beribadah kepada Allah dengan apa yang telah Allah syariatkan sejak Allah mengutus para Rasul hingga hari kiamat.

Ketiga ilmu tersebut adalah fitnah kubur, yaitu pertanyaan yang akan ditanyakan di alam kubur (HR. Abu Daud, no. 4753). Fitnah Kubur hanya bisa dijawab dengan keimanan bukan hafalan.

يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ

Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat. (QS. Ibrahim: 27)

Mempelajari ilmu tersebut wajib dengan dalil, dalil adalah apa yang memberikan petunjuk kepada apa yang dicari. Dalil ada 2 macam:

  1. Dalil sam’iyyah: Al-Quran dan Hadis.
  2. Dalil ‘aqliyyah: Dengan akal.

Masalah Kedua: Beramal dengan Ilmu

Beramal dengan ilmu adalah konsekuensi dari memelajari ilmu di atas, yaitu beriman dan taat kepada Allah ﷻ.

Ilmu yang sudah dipelajari tapi tidak diamalkan dapat menjadi sebab seseorang disiksa di dalam neraka pada hari kiamat.

يُجَاءُ بِالرَّجُلِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَيُلْقَى فِي النَّارِ فَتَنْدَلِقُ أَقْتَابُهُ فِي النَّارِ فَيَدُورُ كَمَا يَدُورُ الْحِمَارُ بِرَحَاهُ فَيَجْتَمِعُ أَهْلُ النَّارِ عَلَيْهِ فَيَقُولُونَ أَيْ فُلَانُ مَا شَأْنُكَ أَلَيْسَ كُنْتَ تَأْمُرُنَا بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَانَا عَنْ الْمُنْكَرِ قَالَ كُنْتُ آمُرُكُمْ بِالْمَعْرُوفِ وَلَا آتِيهِ وَأَنْهَاكُمْ عَنْ الْمُنْكَرِ وَآتِيهِ

Pada hari kiamat akan dihadirkan seseorang yang kemudian dia dilempar ke dalam neraka, isi perutnya keluar dan terburai hingga dia berputar-putar bagaikan seekor keledai yang berputar-putar menarik mesin gilingnya. Maka penduduk neraka berkumpul mengelilinginya seraya berkata; “Wahai fulan, apa yang terjadi denganmu? Bukankah kamu dahulu orang yang memerintahkan kami berbuat ma’ruf dan melarang kami berbuat munkar?”. Orang itu berkata; “Aku memang memerintahkan kalian agar berbuat ma’ruf tapi aku sendiri tidak melaksanakannya dan melarang kalian berbuat munkar, namun malah aku mengerjakannya”. (HR. Bukhari, no. 3267)

Masalah Ketika: Berdakwah kepada Ilmu

Berdakwah harus berdasarkan ilmu tentang syariat Allah ﷻ agar dakwah itu berlangsung tentang ilmu dan pemahaman yang mendalam.

قُلْ هَذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّهِ عَلَى بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ

Katakanlah (Muhammad), “Inilah jalanku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah berlandaskan ilmu, Mahasuci Allah, dan aku tidak termasuk orang-orang musyrik.” (QS. Yusuf: 108)

Masalah Keempat: Bersabar dalam Dakwah

Setiap orang yang menegakkan Al-Quran (berdakwah) pasti akan menimpa kepadanya hal-hal yang membutuhkan kesabaran.

Para Nabi dan Rasul mengalami gangguan dan pendustaan dalam berdakwah, namun mereka bersabar akan hal tersebut dan tetap berdakwah di jalan Allah hingga datang kepada mereka kemenangan dari Allah.

وَلَقَدْ كُذِّبَتْ رُسُلٌ مِّنْ قَبْلِكَ فَصَبَرُوْا عَلٰى مَا كُذِّبُوْا وَاُوْذُوْا حَتّٰٓى اَتٰىهُمْ نَصْرُنَا

Dan sesungguhnya telah didustakan (pula) rasul-rasul sebelum kamu, akan tetapi mereka sabar terhadap pendustaan dan penganiayaan (yang dilakukan) terhadap mereka, sampai datang pertolongan Allah kepada mereka. (QS. Al-An’am: 34)

Dalil Empat Masalah: Surah Al-‘Ashr

Dalil empat masalah di atas adalah Firman Allah dalam surah Al-‘Ashr: 1-3:

وَالْعَصْرِ (١)

إِنَّ الإِنسَانَ لَفِي خُسْرٍ (٢)

إِلاَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ (٣)

Demi masa, sesungguhnya manusia benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh serta saling menasihati untuk kebenaran dan kesabaran. (QS. Al-‘Ashr: 1-3)

Dalam surah tersebut, Allah ﷺ bersumpah dengan masa (waktu), bahwa sungguh manusia itu benar-benar di dalam kerugian, seakan-akan tenggelam dalam kerugian, kerugian yang menimpanya dalam dari segala arah, kecuali orang yang memiliki empat sifat, yaitu beriman, beramal soleh, saling menasihati dalam kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran.

Perkataan Imam Syafi’i Tentang Surah Al-‘Ashr

Tentang surah Al-‘Ashr, Imam Syafi’i berkata:

لو ما أنزل الله حجة على خلقه إلا هذه السورة لكفتهم

Seandainya Allah tidak menurunkan satu hujjah bagi manusia selain surah ini, maka surah ini sudah cukup bagi mereka.

Orang yang berakal dan memiliki pandangan yang luas ketika membaca atau mendengar surah ini maka pasti akan bergegas menyelamatkan dirinya dari kerugian.

Surah ini cukup bagi manusia untuk berpegang teguh kepada agama Allah ﷺ dengan keimanan, beramal soleh, berdakwah kepada Allah ﷺ dan bersabar atas semua itu. Bukan cukup bagi manusia dalam seluruh syariat.