Catatan Tsalatsatul Ushul: Landasan Pertama, Ibadah Kepada Allah ﷻ
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
Tsalatsatul Ushul karya Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab At-Tamimi.
Landasan Pertama: Ibadah Kepada Allah ﷻ
Jenis-jenis ibadah yang Allah ﷻ perintahkan misalnya Islam, Iman dan Ihsan, di dalamnya terdapat ibadah seperti doa, rasa takut, berharap, tawakkal, dan yang selainnya yang telah Allah ﷻ perintahkan. Semua jenis ibadah tersebut hanyalah untuk Allah ﷻ semata, tidak ada sekutu baginya dalam beribadah.
وَّاَنَّ الْمَسٰجِدَ لِلّٰهِ فَلَا تَدْعُوْا مَعَ اللّٰهِ اَحَدًاۖ
Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorangpun di dalamnya di samping (menyembah) Allah. (QS. Al-Jin: 18)
Barang siapa memalingkan ibadah atau menyembah kepada tuhan yang lain di samping menyembah kepada Allah ﷻ, maka dia telah musyrik dan kafir. Karena tidak ada hujjah atau dalil satupun yang menunjukan peribadahan kepada tuhan yang lain itu.
وَمَنْ يَّدْعُ مَعَ اللّٰهِ اِلٰهًا اٰخَرَ لَا بُرْهَانَ لَهٗ بِهٖۙ فَاِنَّمَا حِسَابُهٗ عِنْدَ رَبِّهٖۗ اِنَّهٗ لَا يُفْلِحُ الْكٰفِرُوْنَ
Dan barang siapa menyembah tuhan yang lain selain Allah, padahal tidak ada suatu bukti pun baginya tentang itu, maka perhitungannya hanya pada Tuhannya. Sesungguhnya orang-orang kafir itu tidak akan beruntung. (QS. Al-Mu’minun: 117)
Doa
Doa adalah ibadah.
إِنَّ الدعاءَ هو العِبادَةُ
Sesungguhnya doa adala ibadah. (HR. Ibnu Majah, no. 3828)
Doa menunjukan penghambaan diri, menunjukan dia butuh kepada Sang Pencipta yaitu Allah ﷻ. Orang yang enggan berdoa kepada Allah ﷻ , dia berdoa kepada selain Allah, baik yang dimintai doa yang masih hidup atau sudah mati, maka dia termasuk orang yang sombong dan akan masuk neraka dalam keadaan terhina.
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُوْنِيْٓ اَسْتَجِبْ لَكُمْ ۗاِنَّ الَّذِيْنَ يَسْتَكْبِرُوْنَ عَنْ عِبَادَتِيْ سَيَدْخُلُوْنَ جَهَنَّمَ دَاخِرِيْنَ
Dan Tuhanmu berfirman, “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang sombong tidak mau menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina.” (QS. Ghafir: 60)
Berdoa kepada selain Allah adalah syirik yang paling besar di antara syirik-syirik yang lain. Tidak ada yang lebih sesat dari orang musyrik yang berdoa kepada selain Allah, yang tidak mampu mengabulkan doa mereka meski sampai dunia ini hancur.
وَمَنْ اَضَلُّ مِمَّنْ يَّدْعُوْا مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ مَنْ لَّا يَسْتَجِيْبُ لَهٗٓ اِلٰى يَوْمِ الْقِيٰمَةِ وَهُمْ عَنْ دُعَاۤىِٕهِمْ غٰفِلُوْنَ
Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang-orang yang menyembah selain Allah (sembahan) yang tidak dapat memperkenankan (doa)nya sampai hari Kiamat dan mereka lalai dari (memperhatikan) doa mereka? (QS. Al-Ahqaf: 5)
Rasa Takut (Khauf)
Rasa takut kepada Allah ﷻ yang disertai dengan pengagungan adalah ibadah.
فَلَا تَخَافُوْهُمْ وَخَافُوْنِ اِنْ كُنْتُمْ مُّؤْمِنِيْنَ
Maka janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku, jika kamu benar-benar orang yang beriman. (QS. Ali ‘Imran: 175)
Rasa takut yang tabiat (bukan ibadah) hukum asalnya boleh selama rasa takut itu tidak sampai membuat seseorang melanggar syariat. Misalnya rasa takut Nabi Musa ‘alaihissalam ketika diancam untuk dibunuh oleh Firaun, dia kabur ke kota Mesir dalam kondisi ketakutan.
فَخَرَجَ مِنْهَا خَاۤىِٕفًا يَّتَرَقَّبُ ۖقَالَ رَبِّ نَجِّنِيْ مِنَ الْقَوْمِ الظّٰلِمِيْنَ
Maka keluarlah dia (Musa) dari kota itu dengan rasa takut, waspada (kalau ada yang menyusul atau menangkapnya), dia berdoa, “Ya Tuhanku, selamatkanlah aku dari orang-orang yang zalim itu.” (QS. Al-Qashash: 21)
Rasa takut juga bisa menjadi kesyirikan jika rasa takut itu tidak terlihat sebabnya untuk membuat seseorang merasa takut. Misalnya takut kepada ancaman orang-orang musyrikin yang mengatakan sesembahan mereka dapat memberikan mudharat kepada baginya. Seperti di dalam kisah Nabi Hud ‘alaihissalam.
اِنْ نَّقُوْلُ اِلَّا اعْتَرٰىكَ بَعْضُ اٰلِهَتِنَا بِسُوْۤءٍ ۗقَالَ اِنِّيْٓ اُشْهِدُ اللّٰهَ وَاشْهَدُوْٓا اَنِّيْ بَرِيْۤءٌ مِّمَّا تُشْرِكُوْنَ
Kami tidak mengatakan melainkan bahwa sebagian sembahan kami telah menimpakan penyakit gila atas dirimu”. Hud menjawab: “Sesungguhnya aku bersaksi kepada Allah dan saksikanlah olehmu sekalian bahwa sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan, (QS. Hud: 54)
Jika Nabi Hud ‘alaihissalam takut atas ancaman kaumnya tersebut sehingga berhenti berdakwah, maka itulah yang dinamakan rasa takut yang syirik.
Berharap (Raja’)
Berharap kepada Allah ﷻ yang disertai dengan pengagungan dan keyakinan bahwa segala keputusan hanya pada Allah ﷻ maka ini ibadah.
Menggantungkan harapan kepada selain Allah yang disertai dengan pengagungan maka ini adalah kesyirikan.
Berharap kepada selain Allah sebagai sebab sebab semata dan tidak menggantungkan hati kepadanya maka ini diperbolehkan.
فَمَنْ كَانَ يَرْجُوْا لِقَاۤءَ رَبِّهٖ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَّلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهٖٓ اَحَدًا
Maka barangsiapa mengharap pertemuan dengan Tuhannya maka hendaklah dia mengerjakan kebajikan dan janganlah dia mempersekutukan dengan sesuatu pun dalam beribadah kepada Tuhannya. (QS. Al-Kahfi: 110)
Tawakkal
Tawakkal kepada Allah ﷻ adalah bersandar kepada Allah ﷻ , cukup sebagai sandaran di dalam mendatangkan manfaat dan menolak mudarat.
Tawakkal kepada selain Allah tidak diperbolehkan sama sekali, ini akan menjerumuskan seseorang kepada kesyirikan.
وَعَلَى اللّٰهِ فَتَوَكَّلُوْٓا اِنْ كُنْتُمْ مُّؤْمِنِيْنَ
Dan bertawakallah kamu hanya kepada Allah, jika kamu orang-orang beriman. (QS. Al-Ma’idah: 23)
وَمَنْ يَّتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ فَهُوَ حَسْبُهٗ
Dan barangsiapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. (QS. At-Talaq: 3)
Rasulullah ﷺ selalu bertawakkal kepada Allah ﷻ di dalam kesehariannya, misalnya ketika hendak tidur, ia berdoa:
اللَّهُمَّ أَسْلَمْتُ نَفْسِي إِلَيْكَ وَفَوَّضْتُ أَمْرِي إِلَيْكَ وَأَلْجَأْتُ ظَهْرِي إِلَيْكَ رَهْبَةً وَرَغْبَةً إِلَيْكَ لَا مَلْجَأَ وَلَا مَنْجَا مِنْكَ إِلَّا إِلَيْكَ آمَنْتُ بِكِتَابِكَ الَّذِي أَنْزَلْتَ وَبِنَبِيِّكَ الَّذِي أَرْسَلْتَ
Ya AIlah ya Tuhanku, aku berserah diri kepada-Mu, aku serahkan urusanku kepada-Mu dan aku berlindung kepada-Mu dalam keadaan harap dan cemas, karena tidak ada tempat berlindung dan tempat yang aman dari adzab-Mu kecuali dengan berlindung kepada-Mu. Aku beriman kepada kitab-Mu yang telah Engkau turunkan dan aku beriman kepada Nabi-Mu yang telah Engkau utus. (HR. Bukhari, no. 6311)
Raghbah, Rahbah dan Khusyu’
Raghbah adalah bagian dari raja’ (berharap), yaitu berharap dan bergegas kepada harapan itu.
Rahbah mirip dengan khauf (rasa takut), yaitu rasa takut dan menekuni pelarian dari apa yang ditakuti.
Khusyu’ adalah merendahkan diri terhadap kebesaran Allah ﷻ.
Para Nabi senantiasa berdoa kepada Allah ﷻ dengan tiga kondisi ini sekaligus. Mereka berdoa dengan penuh mengharap kebaikan yang ada di sisi Allah ﷻ, takut terhadap siksa Allah ﷻ dan mereka tunduk dan rendah diri kepada Allah ﷻ.
اِنَّهُمْ كَانُوْا يُسٰرِعُوْنَ فِى الْخَيْرٰتِ وَيَدْعُوْنَنَا رَغَبًا وَّرَهَبًاۗ وَكَانُوْا لَنَا خٰشِعِيْنَ
Sungguh, mereka selalu bersegera dalam (mengerjakan) kebaikan, dan mereka berdoa kepada Kami dengan penuh harap dan cemas. Dan mereka orang-orang yang khusyuk kepada Kami. (QS. Al-Anbiya’: 90)
Khasyah (Rasa Takut yang Dibarengi Dengan Ilmu)
Khasyah mirip dengan khauf (rasa takut), yaitu rasa takut yang dibarengi dengan ilmu. Orang-orang yang paling takut kepada Allah ﷻ adalah para ulama, karena mereka yang paling mengetahui tentang Allah ﷻ, mengetahui sifat-sifat-Nya, syariat-Nya dan kuasa-Nya atas segala sesuatu.
فَلَا تَخْشَوْهُمْ وَاخْشَوْنِيْ
Maka janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku (saja). (QS. Al-Baqarah: 150)
اِنَّمَا يَخْشَى اللّٰهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمٰۤؤُاۗ
Di antara hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya, hanyalah para ulama. (QS. Al-Fatir: 28)
Inabah (Kembali kepada Allah ﷻ)
Kita diperintahkan untuk kembali kepada Allah ﷻ dengan ketaatan, taubat, tunduk kepada-Nya, berserah diri kepada-Nya.
وَاَنِيْبُوْٓا اِلٰى رَبِّكُمْ وَاَسْلِمُوْا لَهٗ مِنْ قَبْلِ اَنْ يَّأْتِيَكُمُ الْعَذَابُ ثُمَّ لَا تُنْصَرُوْنَ
Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu, kemudian kamu tidak dapat ditolong. (QS. Az-Zumar: 54)
Berserah dirilah kepada Allah ﷻ maksudnya adalah tunduk kepada hukum-hukum Allah ﷻ yang syar’i.
Isti’anah (Memohon Pertolongan)
Memohon pertolongan kepada Allah ﷻ yaitu meminta pertolongan yang mencakup kesempurnaan kerendahan diri seorang hamba kepada Tuhannya, menyerahkan segala urusan kepada-Nya, dan yakin akan kecukupan-Nya. Ini tidak boleh ditujukan kepada selain Allah.
اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُۗ
Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan. (QS. Al-Fatihah: 5)
وَإِذَاَ اسْتَعَنتَ فَاسْتَعِن بِاللهِ
Dan apabila engkau memohon pertolongan maka mintalah kepada Allah (HR. Tirmidzi, no 2516)
Isti’adzah (Memohon Perlindungan)
Allah ﷻ memerintahkan kepada Rasullullah ﷺ untuk mengatakan kepada manusia agar meminta perlindungan kepada Allah ﷻ yang mendatangkan subuh agar selamat dari keburukan.
قُلْ اَعُوْذُ بِرَبِّ الْفَلَقِۙ
Katakanlah, “Aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai subuh (fajar), (QS. Al-Falaq: 1)
Allah ﷻ memerintahkan kepada Rasulullah ﷺ untuk mengatakan kepada manusia agar meminta perlindungan kepada Allah ﷻ , Tuhannya manusia yang mahakuasa satu-satunya untuk menolak keburukan was-was.
قُلْ اَعُوْذُ بِرَبِّ النَّاسِۙ
Katakanlah, “Aku berlindung kepada Tuhannya manusia, (QS. An-Nas: 1)
Memohon perlindungan kepada orang mati atau yang masih hidup yang tidak hadir namun diyakini mampu memberikan perlindungan maka itu syirik.
Istighathah (Memohon Pertolongan di Waktu Sempit)
Pada perang Badar, Rasulullah ﷺ meminta pertolongan dengan berdoa kepada Allah ﷻ agar dapat mengalahkan kaum kafir Quraisy, kemudian Allah ﷻ mengabulkan doa tersebut dengan mengirimkan bala bantuan yang berkekuatan seribu malaikat yang berbondong-bondong.
اِذْ تَسْتَغِيْثُوْنَ رَبَّكُمْ فَاسْتَجَابَ لَكُمْ اَنِّيْ مُمِدُّكُمْ بِاَلْفٍ مِّنَ الْمَلٰۤىِٕكَةِ مُرْدِفِيْنَ
(Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu, “Sungguh, Aku akan mendatangkan bala bantuan kepadamu dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut.” (QS. Al-Anfal: 9)
Memohon pertolongan di waktu sempit kepada orang mati atau yang masih hidup yang tidak hadir namun diyakini mampu memberikan pertolongan maka itu syirik.
Meyembelih
Allah ﷻ memerintahkan kepada Rasulullah ﷺ untuk mengatakan kepada kaum musyrikin, bahwa sesembelihanya hanya bagi Allah ﷻ semata, bukan untuk berhala-berhala, juga bukan untuk orang-orang mati dan jin, dan bukan untuk selain itu semua, dan bukan dengan nama selain Allah sebagaimana yang orang-orang musyrikin lakukan.
قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ (162) لَا شَرِيكَ لَهُ ۖ وَبِذَٰلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ (163)
Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh alam, tidak ada sekutu bagi-Nya; dan demikianlah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama berserah diri (muslim).” (QS. Al-An’am: 162-163)
Menyembelih untuk selain Allah adalah kesyirikan.
لَعَنَ اللَّهُ مَنْ ذَبَحَ لِغَيْرِ اللَّهِ
Allah melaknat orang yang menyembelih untuk selain Allah (HR. Muslim, no 1978)
Bernadzar
Salah satu amal soleh yang dilakukan orang yang berbuat kebaikan ketika di dunia sehingga layak mendapatkan surga adalah memenuhi sumpah nadzar, yaitu sumpah seseorang untuk melaksanakan suatu ketaatan di samping ketaatan yang telah Allah ﷻ wajibkan kepadanya.
يُوْفُوْنَ بِالنَّذْرِ وَيَخَافُوْنَ يَوْمًا كَانَ شَرُّهٗ مُسْتَطِيْرًا
Mereka memenuhi nazar dan takut akan suatu hari yang azabnya merata di mana-mana. (QS. Al-Insan: 7)
Bernadzar hanya untuk Allah ﷻ. Bernadzar kepada selain Allah adalah perbuatan syirik.